Catatan Tentang Kematian dan Kehidupan

by 09.52 0 komentar

Yogyakarta, 25 Januari 2020 dalam keadaan otak lagi rada bener tapi banyak pikiran.

Beberapa bulan yang lalu pernah nongkrong bareng temen, kita ngomongin gaya hidup kita yang nggak sehat abis. Aku sering pulang malem karena ada kegiatan organisasi, kalau dia sering pulang malem selain karena ngurus organisasi juga karena “seneng-seneng” sih kayaknya. Terus, aku juga hobi nunda makan, ngemil yang pedes-pedes, dan makan-makanan instan, kalau dia yaa urusan makanan sih kayaknya kurang lebih sama aku tapi ya gitu dia suka minum alkohol. Dari indikator itu, kita berdua meyakini bahwa kita bakalan mati muda karena penyakitan.

Nggak lama setelah obrolan itu, aku dikasih pandangan baru sama temenku yang lain. Dia yakin kalau dia bakalan hidup lama karena dia punya banyak dosa. Aku awalnya nggak paham tapi kemudian sadar. Di dunia ini tuhan sering mengambil orang-orang baik yang ada disekitar kita, sementara yang jahat-jahat masih ada buat bikin kita menderita. Sebenarnya aku belum pernah ngerasain kondisi ini sih tapi sinetron Indonesia ngajarinnya begitu. Beberapa orang kelihatan hidupnya menyenangkan sekali walaupun melakukan hal-hal yang dilarang agama. Kadang heran kok azabnya nggak ada ya??  Tapikan aku bukan orang berhak menghakimi seseorang banyak dosanya atau banyak pahalanya, atau dia harus kena azab sekarang atau nanti. Yang jelas, aku sedikit mengakui perspektif temenku yang satu ini rada bener.

Nah, beberapa minggu lalu, aku ngobrol sama temenku yang lain di warung makan, kita ngobrolin betapa brengseknya kelakuan kita. Aku kemudian nyinggung dua perspektif tentang kematian dan kehidupan diatas. Menurut dia, perspektif kedua itu kurang tepat, nggak semua yang sering bikin dosa panjang umurnya. Dia ngasih contoh dengan kondisi para pekerja seks komersial atau orang-orang yang suka narkoba atau suka minum, iya mereka bikin dosa, tapi umur mereka nggak banyak yang bertahan lama. Aku sih menyimpulkan dari omongan dia bahwa iya mereka bikin dosa, tapi tindakan mereka ternyata membunuh mereka secara perlahan atau bikin mereka terserang penyakit, dan ya meninggal deh. Aku sempet ngomongin konsep pahala dan dosa juga, aku meneruskan pandangan temenku yang pertama bahwa kenapa perbuatan baik dan buruk kita nggak menggunakan sistem carrot and stick? Kenapa menggunakan pahala dan dosa? Kita nggak bisa liat tolak ukur pahala dan dosa kita. Pernyataan-pertanyaan itu dijawab sambil ketawa sama temenku yang ketiga ini, janganlah pahala sama dosa ditunjukin, masa kemana-mana keliatan jumlah dosanya.

Tiga perspektif itu sempet bikin aku mikir banget sih, tapi aku masih rada condong ke perspektif pertama. Soalnya perspektif yang pertama itu memang ditujukan ke diri aku dan temenku itu, bukan buat semua orang. Perspektif tentang mati muda karena penyakit ini kemudian terguncang. Beberapa hari ini, dunia internasional lagi heboh sama virus corona. Aku deg-degan banget soalnya informasi di media sosial tentang ini virus serem abis, penyebaran yang cepet, korban meninggal yang banyak, dan belum adanya pengobatan dan vaksin. Setelah seharian terpapar informasi tentang virus corona, aku jadi ngikutin segala tindak pencegahan dan memastikan diri agar imun nggak turun. Nah, habis pulang main tadii banget aku baru teringat, kalau aku yakin aku bakalan mati muda karena penyakit kenapa aku takut banget sama ini virus. Jangan-jangan selama ini perspektif aku itu buat gaya-gayaan doang? Paham nggak sih? Susah nih ngejelasinya. Mungkin aku percaya itu perspektif waktu kondisi mental aku emang lagi turun. Atau aku mikir penyakit yang bakalan bikin aku mati itu penyakit yang bakalan bikin menderita dulu gitu. Kalau tipikal virus corona kan matinya mendadak yah, mungkin aku takut aku nggak sempet tobat, minta maaf, dan berbuat baik.

Plin-plannya aku dalam memandangi kematian dan kehidupan ini juga bikin aku sadar, sepertinya aku memang belum siap mati. Jelas karena aku percaya ada yang namanya penghitungan amal, dan surga-negara. Aku takut dosaku lebih banyak daripada tabungan pahala. Sementara kondisi aku saat ini kayaknya tiap hari bikin dosa deh walaupun tiap hari juga aku sholat dan mengaji. Ini mah bukan bentuk rendah diri nggak sih? Ini bukti bahwa aku sebenarnya banyak sekali menyia-nyiakan waktu yang diberikan Allah SWT. Walaupun sebenarnya nggak ada orang yang bener-bener siap untuk diambil nyawanya, setidaknya beberapa orang yang terus mengupayakan melakukan perintah Allah SWT dengan sebaik-baiknya dan menjauhi larangan Allah SWT sejauh-jauhnya udah rada tenang ketika keputusan Allah SWT datang. Soalnya mereka yakin, janji Allah SWT selalu tepat waktu.

Intinya nih dari kusut-kusutnya pikirin aku, beberapa kejadian memang ada buat bikin sadar. Aku mungkin bakalan mencoba kembali mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah ini, tapi mungkin juga nanti setelah rada tobat aku bakalan balik menjauh lagi, yang jelas catatan ini harus aku buka terus, baik ketika iman kuat atau iman lemah. Ketika iman lemah, aku bakalan sadar bahwa posisi aku harus segera diperbaiki, ketika iman kuat aku bakalan sadar bahwa ini merupakan pengingat agar terus istiqomah.

Galuh

(A piece of cookie's crumb)

Wish you enjoy with my blogging! Gratitude for all the friends who already want to read, thank you very much and have you find the joy? .

0 komentar:

Posting Komentar